Simple Template For Entertainment News

Headline

Ikut Survey Website di Bayar dengan Dollar

Kamis, 01 April 2010

Seserahannya Nia Ramadhani - Ardie

Upacara Seren Sumeren (seserahan) dan Ngeyeuk Seureuh (wejangan) menjelang pernikahan pesinetron Nia Ramadhani dengan putra pengusaha Aburizal Bakrie, Ardie Bakrie, dimulai. Rasa bahagia pun meliputi kedua keluarga calon pengantin.


Sore itu, tepat pukul 15.45 WIB, bertempat di kediaman keluarga Nia, Jalan Benda II No 9, Rabu (31/3/2010), rombongan keluarga Bakrie tiba dan langsung berjalan pelan tapi pasti menuju pintu gerbang sebuah rumah yang akan menghajat sebuah upacara sakral guna menikahkan putri mereka. Ardie, yang mengenakan beskap hitam dan peci, berjalan tidak sendiri. Ia didampingi oleh orangtuanya, Aburizal dan Ny Tati Bakrie, serta para kerabatnya.

Begitu sampai di depan rumah Nia, keluarga dan kerabat Nia pun menyambut kedatangan Ardie. Salam dan sambutan menjadi penghangat pembuka upacara Seren Sumeren. Kakak kandung Ardie, Anindiya L Bakrie, menjadi wakil untuk mengutarakan maksud dan tujuan kehadiran Ardie beserta rombongannya.

"Kami hadir di sini berbondong-bondong, bersama ayah ibu kami, termasuk nenek kami, ini tidaklah lain kami ingin terus merajut silaturahmi," tutur Anindiya membuka pembicaraan. "Kami datang bersama artis kami, Ardie Bakrie. Walaupun dia pengusaha, kami mengelolanya secara serius dengan memandikannya agar bersih dan higienis. Nanti bisa dicek sendiri," lanjut Anindiya dalam canda.

Seusai keluarga Bakrie mengutarakan niat mereka, giliran wakil dari keluarga Nia menyambut. Kerabat Nia, Martoyo Wiranata Kusumah, maju ke depan untuk memberi sambutan. "Saya selaku wakil keluarga Bapak dan Ibu Priya Ramadhani mengucapkan selamat datang kepada Bapak Ibu Aburizal Bakrie," ucap Martoyo.

Sambung Martoyo, "Insya Allah akan dinikahkan esok hari, kami menyampaikan tiada kata-kata lain selain terima kasih kepada Bapak Ibu Aburizal Bakrie untuk mengikuti acara Seren Sumeren. Semoga Allah SWT bisa meridai dan tanpa halangan apa pun," ucapnya lagi.

Selanjutnya adalah tahap ditampi ku asta kalih sebagai bagian dari Seren Sumeren. Maknanya, kehadiran dan penyerahan Ardie diterima dengan gembira dan hati yang bersih oleh keluarga Nia.

Tawis ta tali asih, tawis kadeudeuh merupakan bagian lain dari Seren Sumeren yang tak ketinggalan dilakukan. Pada tahap tersebut ibu Ardie, Tati Bakrie, memberi bingkisan seserahan secara simbolis kepada ibu Nia, Canty Mercia, yang kemudian disambung dengan barang-barang seserahan lainnya secara estafet.

Seusai seserahan itu, Ardie diperkenankan memberi munjungan atau salam dengan kedua belah tangan kepada kedua orangtua Nia, Priya Ramadhani dan Canty. Setelahnya, Ardie mengucap, "Alhamdulillah," sebagai tanda syukur atas diterimanya kehadiran dan seserahannya.

Ngeyeuk Seureuh
Rombongan kedua keluarga itu selanjutnya menuju ke dalam rumah untuk menjalani upacara berikutnya, yaitu Ngeyeuk Seureuh, yang dilakukan secara lesehan di ruang keluarga. Dalam Ngeyeuk Seureuh, dituturkan nasihat dari kedua orangtua masing-masing yang diwakili oleh pangeyeuk (pemberi wejangan).

Sebagai pembuka seremoni, pangeyeuk langsung menyapa Ardie dengan ramah. "Ardie, sebelum Ngeyeuk Seureuh dimulai, Ardie mau dipanggil Aa atau Abang karena dari Lampung," ujar sang pangeyeuk.

Ardie, yang duduk bersila, tampak kikuk mendengar pertanyaan dari pangeyeuk dengan separuh berbahasa Sunda. "Adin saja. Tapi, karena ini adat Sunda, jadi Aa saja," jawab Ardie.

Ardie tetap terlihat kikuk sepanjang pembukaan upacara Ngeyeuk Seureuh. "Kalau boleh jujur, A (Aa) Ardie kenapa dari tadi terlihat bingung begitu," tanya sang pangeyeuk lagi. "Terus terang, calon saya belum ada," ungkap Ardie. "Tuh, ada di dalam situ, tapi tahu kuncinya ada di mana?" kata si pangeyeuk. "Itu kuncinya ada di Tante Eli Pasha (pembawa acara)," sambungnya.

Ardie tampak berusaha mengalahkan rasa kikuknya dengan canda. "Balikin dong Tante," serunya kepada pembawa acara."Neng geulis-nya mana?" tanya Ardie sebelum akhirnya Nia keluar dari ruangan untuk menuju ke ruang upacara Ngeyeuk Seureuh, duduk di samping Ardie.

Upacara Ngeyeuk Seureuh langsung dipandu pangeyeuk menuju inti acara. "Uwa akan jelaskan buat Neng Nia dan A Ardie bahwasanya ini adalah benang yang disimbolkan sebagai restu orangtua," jelas sang pangeyeuk.

Dengan benang putih itu pula Nia dipersilakan meminta restu kepada Priya. "Papa, alhamdulillah tadi Nia sudah mengutarakan niat Nia untuk menikah besok dengan Ardie. Untuk itu Nia meminta restu Papa," tutur Nia. "Nia, anak Papa, Papa mengizinkan dan mengikhlaskan Nia menikah dengan Ardie, dan yang harus diingat Nia dan Ardie bahwa manusia hanya berencana di dunia ini dan Allah lah yang menentukan," ucap Priya menjawab permintaan anaknya diikuti prosesi menggunting benang tanda merestui.

Seusai Priya menggunting benang, giliran Ardie meminta restu kepada Aburizal. "Pa, seperti kemarin Ardie sudah utarakan, besok Ardie mau menikah dan alhamdulillah sudah direstui calon wali," ujar Ardie kepada Aburizal. Mendengar permintaan Ardie, Aburizal berujar, "Alhamdulillah, dari dulu sampai sekarang kami merawat Ardie dan alhamdulillah sudah direstui calon wali tadi. Semoga dalam hidup nanti bisa menjalani hidup yang up and down dan sabar menjalani hidup ini." Tekan Aburizal, "Karenanya, Papa merestui Ardie menikah dengan Nia."

Tati pun merestui Ardie. "Mama merestui pernikahan Ardie dengan Nia. Semoga Ardie bisa hidup bahagia, rukun, dan damai. Semoga semua berjalan lancar," ucap Tati sebelum Aburizal menggunting benang yang sama.

Wejangan lalu diutarakan oleh pangeyeuk kepada kedua calon mempelai. "Kain putih sebagai tanda kesucian, di dalamnya ada pakaian putih yang menyimbolkan sebagai pakaian yang hendak dipakai," katanya.

Dipandu pangeyeuk, Ardie dan Nia menggotong sebuah kotak dengan kain sarung ke kamar pengantin serta membuka keranjang berisi buah-buahan dan kue-kue sebagai simbol suami yang menunjang hidup keluarga dan sebagai simbol berkah keturunan.

Ardie dan Nia juga diminta untuk melempar buah dan kue tersebut ke arah para tamu. Nia tampak senang, sedangkan Ardie malah melempar buah jeruk bak melakukan lemparan three point bola basket.

Beberapa perlengkapan dijabarkan satu per satu oleh pangeyeuk. "Perlengkapan ada kaitannya dengan sayang, orangtua selalu menutupi kekurangannya kepada anaknya; dan waluh (waluya atau labu) diibaratkan doa orantua; daun pandan menjaga keturunan dan nama baik; padi, jangan congkak, karena manusia dibuat dari tanah dan zat cair," paparnya. "Ini semua akan dibagikan. Ini ada kelepok, bumbu buat makan sirih, kalian dalam perkawinan akan menikahkan dua keluarga. Di dalam ada sisir untuk menyisir, bukan untuk usil. Bereskan urusan rumah tangga sendiri; ada bedak dan kaca untuk berkaca pada rumah tangga dahulu," terangnya.

Dijelaskan pula, Ngeyeuk Seueruh bermakna menyatukan perut dengan perut sirih, menyatukan keluarga yang bukan saudara. "Jadi, kalian sudah boleh menikah," ujar si pangeyeuk.

Selanjutnya tawa dan canda tiba-tiba keluar begitu saja saat Ardie dipandu untuk membelah pinang. Ardie diminta untuk mengelus dan membelah pinang sebagai tanda suami yang akan bertanggung jawab. Sementara itu, Nia memegang jugleg, sebagai simbol seorang perempuan, sembari berkata, "Aa, ini kepunyaan aku," kata Nia. "Makasih Neng geulis," jawab Ardie.

Ardie, yang memegang untu, tak mau kalah. "Neng, ini punya Aa. Buka dong sedikit itunya (jugleg), boleh enggak ujungnya aja," pinta Ardie malu-malu.

Tiba di akhir upacara, penyerahan cendera mata yang dibungkus kemasan berwarna merah dari Nia diserahkan kepada keluarga Ardie. Sebaliknya, Ardie pun melakukan hal yang sama kepada keluarga Nia. Upacara tersebut akhirnya ditutup dengan doa bersama oleh ustaz Vikri Thoriq pada pukul 17.45 WIB.

Comments :

0 komentar to “Seserahannya Nia Ramadhani - Ardie”

Posting Komentar

Siapapun yang berkunjung, kiranya bersedia memberikan komentar atau sekedar coretan.....

Ikut Isi Survey Dapat Dollar

Daftar Ziddu

 

Copyright © 2009 by KABAR ARTIS INDONESIA Powered By Blogger Design by ET