Simple Template For Entertainment News

Headline

Ikut Survey Website di Bayar dengan Dollar

Sabtu, 20 Maret 2010

Pesan Manis dari Kang Ebet

Pesan Manis dari Kang Ebet

"Memang baik jadi orang penting, tetapi jauh lebih penting untuk jadi orang baik." Sebuah pesan yang manis dari Kang Ebet, begitu Ebet Kadarusman, penyiar radio senior asal Jawa Barat, yang tutup usia pada Sabtu (20/3/2010) sekitar pukul 06.00.

Kang Ebet wafat pada usia 78 tahun karena penyakit stroke yang dideritanya cukup lama. Selasa (16/3/2010), ia dilarikan ke Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS), Bandung, dan sempat mengalami koma.

Mengenal sosok Kang Ebet berarti mengenal pria yang begitu jenaka dengan guyonan yang cerdas dan penuh makna. Pesan di atas, yang kemudian menjadi trademark-nya saat ia membawakan acara talk show "Salam Canda" yang ditayangkan RCTI tiap Sabtu malam sejak 5 Oktober 1991.

Acara inilah yang membuat sosok Kang Ebet jauh lebih dikenal publik Tanah Air. Sebelumnya, sosok pria kelahiran 7 Juli 1938 itu hanya dikenal lewat suaranya saja. Maklum, kariernya malang melintang di dunia siaran radio.

Lewat acara "Salam Canda"–jenis acara seperti yang dibawakan Johnny Carson dan David Letterman di AS atau Ray Martin dan Steve Vigard di Australia itu–Kang Ebet melejit menjadi seorang bintang. Guyonan dan celetukan yang cerdas membuat penontonnya tertawa terpingkal-pingkal.

"Salam Canda" menjadi acara yang unik dan menarik saat itu lantaran menampilkan orang-orang dengan berbagai keunikan, mulai dari pengusir jin sampai kakek-kakek berwajah "seribu". Namun, tetap Kang Ebet menjadi "jagoan"-nya. Ia berhasil menghidupkan suasana sehingga begitu berkesan bagi pemirsanya.

Pedalang, musisi, dan aktor Sujiwo Tedjo, saat menjadi wartawan Kompas, pernah mengisahkan bagaimana Kang Ebet mampu membuat orang tertawa grrr-grrr-an. Misalnya, ketika "Salam Canda" menampilkan dalang wayang golek Sunda, Asep Sunandar Sunarya. Ebet mengejek wajah salah satu wayang golek panakawan yang dibawa Asep. Dibalas oleh wayang tersebut, melalui suara Asep, bahwa itu pun masih terhitung lebih cakep ketimbang Ebet.

Ketika itu, Ebet sangat terkekeh-kekeh. Barangkali balasan demikian memang diharapkan Ebet.

Selalu ada kesan yang dihadirkannya. Di ujung acara, ia pun tak lupa menyelipkan pesannya yang cukup dalam bahwa "baik memang jadi orang penting, tapi jauh lebih penting menjadi orang baik."

***
Kang Ebet sempat menetap sekitar 30 tahun di Australia. Di sana, ia mengisi kesibukannya dengan menjadi penyiar radio. Namanya cukup dikenal. Bahkan, ia dijuluki Mang Comel. Pada 1986, ia memutuskan pulang kampung ke Indonesia.

Dalam benaknya, kalaupun berkarier di Indonesia paling banter ia hanya bisa jadi pembawa acara hajatan. Tapi, rupanya Tuhan berkehendak lain. Pengalamannya sebagai penyiar tenar di Negeri Kanguru ternyata bermanfaat. Oleh Radio Trijaya FM Jakarta, ia diminta menjadi "guru" untuk para penyiarnya.

Rupanya, karier Mang Comel makin mengilau. Pada 1 November 1990, Ebet mengudara lewat acara "Good Pagi Selamat Morning". Acara ceplas-ceplos yang ringan tetang berbagai hal ini ternyata menarik Peter F Gontha, yang saat itu menjabat eksekutif PT Bimantara Citra–perusahan yang menaungi radio itu dan RCTI–menawari Ebet membuat acara talk show. Dus, lahirlah "Salam Canda".

"Tokoh-tokoh yang ditampilkan di 'Salam Canda' bukan pengarang buku, orang film, musik, dan sebagainya. Karena di sini (Indonesia) tidak setiap minggu ada buku baru, film baru, dan pertunjukan-pertunjukan baru," kata Ebet kala itu.

Ia memilih menampilkan keajaiban-keajaiban. "Tapi saya tidak menonjolkan klenik. Saya hanya menyajikan apa yang betul-betul terjadi di masyarakat kita," katanya tentang acara yang dipandunya itu.

***
Jalan panjang Kang Ebet sebagai penyiar tak lepas dari sosok sang ayah, Adang Kadarusman. Dia adalah salah seorang pendiri RRI. Bersama sang ayah, Ebet pernah mengungsi ke Solo hingga menamatkan SD.

SMA-nya diselesaikan di Bandung karena kepindahan ayahnya ke RRI kota itu. Di kota yang sama, ia melanjutkan ke UI Bandung (kini ITB). "Jurusan apoteker," katanya sambil mengingat-ingat.

Tak selesai, Ebet pindah ke Jurusan Teknik Kimia Universitas Adelaide, Australia. Tapi tak diselesaikannya pula. Ia pindah dan selesai di Jurusan Bahasa Indonesia universitas yang sama di Australia itu. Pulangnya, akhir 1959, ia mengajar bahasa Inggris di ITB.

Satu setengah tahun kemudian, ia balik lagi ke Australia. Ia bekerja di Radio Australia, Melbourne, tempatnya dulu bekerja sambilan ketika mahasiswa. Jabatan terakhirnya progammer senior tingkat III. "Itu jabatan tertinggi (untuk orang asing)," katanya kepada Kompas kala itu.

Tapi, suatu saat, hanya dalam tempo semalam, ia membuat keputusan, paginya menulis surat pengunduran diri untuk pulang ke Tanah Air.

Itu dirasakannya sebagai keajaiban. Keajaiban selanjutnya adalah pernikahannya dengan janda 5 anak, yang dulu pada tahun 1956 pernah dipacari Ebet. Ebet–mempunyai 5 anak–yang sudah menduda 9 tahun, menikahi wanita itu Desember 1986. "Padahal, selama 30 tahun saya tidak pernah berkomunikasi dengan dia," kata Ebet.

Comments :

0 komentar to “Pesan Manis dari Kang Ebet”

Posting Komentar

Siapapun yang berkunjung, kiranya bersedia memberikan komentar atau sekedar coretan.....

Ikut Isi Survey Dapat Dollar

Daftar Ziddu

 

Copyright © 2009 by KABAR ARTIS INDONESIA Powered By Blogger Design by ET